Setelah lama nggak posting lagi di blog
postingan saya kali ini jadi gak jelas. Walaupun tiap kali saya posting selalu
gak jelas. Pernah saya sekali mencoba posting yang jelas dan hasilnya
tetap nggak jelas.
Anehnya orang yang pernah buka blog saya
dan baca tulisan saya besoknya itu pake kacamata mines semua. Ini saya merasa
terhina! Seberapa hinakah tulisan saya?
Pernah saya suruh teman saya beri
komentar caci maki di blog saya, dia tulis beneran dibawah postingan saya!
Kampret...
Mungkin ini memang takdir dari blog
saya.
Berikut ini adalah postingan terbaru
saya yang saya persembahkan untuk teman saya yang orangnya sama nggak jelasnya
dengan saya tetapi mereka istimewa dimata saya. Mereka bukan orang yang
cacat mental, dan juga bukan orang yang cacat fisik.
cacat mental, dan juga bukan orang yang cacat fisik.
Mari kita simak sedikit kisah cerita
saya bersama teman saya berikut ini.
Malam liburan ini tak seperti
malam-malam biasanya. Malam liburan kali ini adalah malam liburan yang
spektakuler
Malam liburan ini saya dan dua teman
saya Danang dan Siwi berkumpul dirumah saya. Kami berbagi cerita, bercanda,
bernyanyi, menyelam, dan yang terakhir merenung. Itu adalah susunan
acara rutin kami.
Setelah ngobrol begitu lama dan berbagi
cerita sesuai susunan acara di atas kami lanjutkan acara kami selanjutnya yaitu
bermain musik.
Malam itu di halaman rumah, depan sawah
kami ditemani sebuah gitar yang pedot.
Dengan lembut aku mulai memetik gitar
itu, sambil diiringi bledek yang mengingatkan kami pada kematian . Kemudian
Danang mulai bernyanyi disambut guntur yang keras. Dan Siwi yang berperan
sebagai penari latar memulai tariannya dihiasi kilat dan petir disekitarnya.
Kami melakukannya penuh perasaan, namun
tetap saja Bulan pun tak mau melihat penampilan kami. Bulan yang baru muncul
dari arah timur kembali tenggelam kearah timur dan kemudian menghilang. Kami
merasa terhina. Bulan kampret...
Aku tahu ini belum kiamat. Itu hanya
bulan yang tenggelam kearah timur.
Mungkin kalau kami melakukannya di siang hari itu baru kiamat.
Malam yang mulanya sepi itu jadi
terlihat lebih spektakuler dibandingkan dengan BNS Malang. Nyamuk-nyamuk menari
di sekeliling kami. Serangga sawah juga berdatangan menghampiri, belalang,
kumbang, wereng, Kodok, Tikus, ular
sawah, nyambik,anaconda.
Itu adalah tanda-tanda alam mulai murka.
Kami bertiga harus bubar.
Jadi, malam yang spektakuler ini harus
diakhiri begitu saja.
Entah dimana letak spektakulernya aku nggak
tau. Coba kalian cari sendiri.
Dan alam langit pun tak kuasa melihat kami beserta tujuan kami yang tidak jelas,sehingga langit yang tadinya berbintang jadi mendung tak berbintang (bintang ikut kabur dengan bulan) dan tiba langit mengusir kami dengan guyuran hujan yang amat deras,dan kami pun kocar-kacir
BalasHapusHaha, blog baru wi
BalasHapus